Depok, hari terakhir di bulan shafar, 1430 hijriyyah
Teruntuk
Sosok penuh kagum
Di hatiku
Aku tahu, surat ini tak kan sampai
Karena merpatiku tak cukup kuat mengantar.
Aku yakin, kau tak kan pernah membacanya
Jikalau iya, ku tak tahu kau bisa mengerti.
Hanyalah ini lantunan kata beban hatiku
Berisan huruf yang tersusun dari deretan hari yang jemu
Dengan susun kalimat sebagai pelepasmu
Mengantarmu halus keluar dari kegiatan sibuk hatiku.
Tamu hatiku yang kebaikanmu bertumpuk…
Seringkali terpikir, kenapa aku mengenalmu
Perkenalan yang berlanjut pengertian
Dengan khas sikap dingin perhatimu
Sungguh, engkau terlalu mencampuri kehidupanku
Engkau masuk menjadi tokoh penting novelku
Hingga aku pun bergantung padamu
Bagai pengganti sosok abangku
Yang aku sangat merindukannya.
Bukanlah ini pembalas segala kemurahanmu
Aku paham, tak cukup rasa terima kasih itu
Namun tiada lagi yang bisa ku lakukan
Aku terlampau lemah dan bodoh
Maafkan aku…
Pengunjung hatiku yang penuh wacanamu…
Aku tak ingin mengatakan sebuah kata cinta
Memang ini bukanlah surat semerbak cinta
Karena aku tahu, ini hanyalah penyakit
Entah apakah kau pun terjangkit
Aku berharap kau begitu sehat
Benar-benar, aku tak ingin melukaimu
Meski segores tanpa darah dan nanah
Aku ingin menyayangimu secara benar
Karena sebuah persaudaraan
Namun berita samar tentangmu membuatku mati rasa
Aku berharap tak benar.
Pendatang hatiku yang ucapmu penuh makna…
Semakin hari semakin banyak berita menggodaku
Aku tak tahu apa yang meski terjawab
Sedangkan hatiku terus berharap
Sosokmu pun menjadi lebih banyak tampil di setiap hariku
Dengan nama khasmu yang aku suka
Bartambahlah sulit mengobati sakitku
Bayang-bayang seakan terus berdiri di kepalaku
Begitu sulit, aku tak sanggup
Aku tak mengerti kenapa kita harus selalu bertemu
Dengan lingkungan yang berucap sama
Tentang kau dan aku
Penilik hatiku yang pikirmu begitu bijak…
Perlu berapa tahun lagi
Terlampau lama hati ini sakit
Terlalu banyak tetes air mataku terjatuh
Setiap kali berhadapan segalanya tentangmu
Sangat lelah, aku
Bagaimana mengatasinya
Beragam cara hanyalalah berlalu
Sangat letih, aku
Pelancong hatiku yang sikapmu sarat nilai…
Sudahkah kau mengerti, wahai penasihatku
Mungkin perlu kupertegas
Pergilah dari hatiku yang begitu rapuh
Jangan kau sisakan barangmu yang membuatku terkenang
Jangan kau pamit yang membuatku menyesal
Aku ingin sebuah penjernihan
Engkau memenuhinya hingga semuanya mulai sesak
Segala didalamnya pun menghilang bertahap
Bahkan tak ada lagi kebaikan yang kan masuk
Bersediakah kau
Meski rasa butuh masih tergali dalam
Kepergianmu dari hidupku kan lebih ku suka
Meski goresanmu masih sulit terhapus
Kehilanganmu dari rasaku kan lebih ku cinta
Aku harap bisa
Pergilah…
Bawalah rasaku ikut serta
Rasa terima kasihku yang begitu mendalam
Jikalau kita bertemu di persinggahan nanti
Aku harap dengan rasa cinta tanpa penyakit
Yang merasuki hatiku
Dan merasuki hatimu
Kau pun mengatakannya pelan
Tanpa mengotori segala kejernihan
Jika memang terjadi kebenarannya
Tanpa harapan sia dan ayang semu
Tanpa menunggu dengan penantian panjang
Kan selalu teringat berulang-ulang kali
Bahwa ini kemungkinan yang sangat kecil
Sebuah rahasia yang tak kan bisa dimengerti
Menghilanglah…
Aku ingin mencintaimu dengan sebenar-benar cinta.
Salam harap,
Yang salah menyayangimu…